Saya sendiri tidak berpengalaman mengambil spesialisasi di luar negeri. Ini beberapa hal yang saya ketahui dari pengalaman teman2 saya yang mengambil spesialisasi di luar negeri:
1. Residen (calon spesialis) di luar negeri biasanya dibayar oleh rumah sakit. Pada dasarnya sistem residensi memang sistem magang. Cuma ya itu, kalau di Indonesia mau magang juga harus bayar. Masalahnya, karena residen harus bekerja menangani pasien secara langsung, sebelum magang mereka harus memperoleh ijin praktek terlebih dahulu. Persyaratan untuk memperoleh ijin praktek bagi dokter lulusan luar negeri berbeda dari satu negara ke negara lain. Di Amerika, misalnya, harus lulus USMLE level teratas (saya lupa level berapa). Jadi, biasanya tidak perlu repot mencari beasiswa karena memang akan dibayar, justru biasanya beasiswa (spt ADS/Fulbright) tidak mengcover pendidikan spesialis/pendidika
2. Lihat nomer 1.
3. Ya. Karena residen harus menangani pasien secara langsung. Tidak bisa milih2 pasien yang bisa berbahasa Inggris saja.
4. Sebelum bisa berpraktik di Indonesia, seorang dokter lulusan luar negeri harus menjalani masa penyesuaian. Sifatnya seperti residensi ulang di rumah sakit pendidikan di Indonesia. Lamanya kalau saya tidak salah sekitar 2-3 tahun. Tentang masalah penyakit, memang betul pola penyakit di luar negeri berbeda dengan Indonesia. Tapi untuk keahlian seperti ilmu bedah, mungkin tidak jauh berbeda (bedah tulang misalnya, patah tulang di sini kan sama saja dengan patah tulang di Jerman). Untuk spesialisasi kulit, kalau yang diperdalam adalah kosmetik mungkin masih applicable juga (bisa jadi malah lebih 'keren').
Panji
--- In beasiswa@yahoogroup
>
> Rekan-rekan yang saya hormati,
>
> Seorang teman dekat, yang tidak tergabung dalam milis ini, menyatakan keraguannya kepada saya untuk melanjutkan studi spesialis (kedokteran) di luar negri. Ini dikarenakan menurutnya jenis penyakit antar negara itu berbeda satu sama lainnya. Ya menurut saya ini cukup masuk akal karena rekan saya ingin mengambil spesialis kulit, dan menurut saya betul bahwa penyakit kulit daerah tropis seperti di Indonesia berbeda dengan katakan penyakit kulit daerah subtropis seperti di Jepang. Maaf, koreksi saya apabila saya salah.
>
> Yang ingin saya tanyakan:
> 1. Apakah ada yang berpengalaman lulus dalam bidang kedokteran di universitas di Indonesia dan mendapatkan beasiswa untuk mengambil spesialis di luar negri?
> 2. Selama menempuh studi di luar negri, apakah dapat bekerja di rumah sakit? Katakan saja.., membantu proses bedah, bekerja di klinik, dsb.
> 3. Apakah bahasa merupakan isu utama bagi seorang dokter yang hendak studi di luar negri. Misalkan saja, ketika mengambil spesialis di Jepang, apakah mutlak menggunakan bahasa Jepang atau bahasa Inggris pun tidak masalah.
> 4. Adakah yang berpengalaman menempuh studi spesialis di luar negri dan sekarang bekerja di Indonesia. Apabila ada, saya mohon ceritakan mengenai kendala-kendala yang dihadapi.
>
> Demikian pertanyaan-pertanya
>
>
>
> ____________
>
> Best regards,
>
> Marko Kanadi, ST
>
> Telecommunication Engineer
> Digital Signal Processing Research & Technology Group
> Institut Teknologi Bandung
>
> +62 812 820 1247
>
> ____________
>
http://id-scholarships.blogspot.com/
===============================
INFO LOWONGAN DI BIDANG MIGAS:
http://www.lowongan-kerja.info/lowongan/oil-jobs/
===============================
INGIN KELUAR DARI MILIS BEASISWA?
Kirim email kosong ke beasiswa-unsubscribe@yahoogroups.com
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
No comments:
Post a Comment